Banjir dan Citra Ibu Kota Jakarta

 

Beban yang dihadapi Jakarta sebagai sebuah Ibu Kota sungguh berat, bagaimanapun Jakarta harus menjaga citranya dimata Internasional karena Jakarta-lah wajah Indonesia, tempat dimana para pemimipin RI berkantor. Beban yang dihadapi saat ini selain kemacetan, lingkungan kumuh, polusi udara adalah banjir.

Banjir di Ibukota sungguh sangat memalukan apalagi tidak bisa diaksesnya jalan menuju dan keluar Bandara Soekarno-Hatta, banyak jadawal penerbangan yang tertunda yang berkaibat terganggunya perjalanan bisnis yang sangat merugikan pengusaha baik dalam negeri maupun luar negeri. Ini membuat citra Indonesia jelek di mata Internasional, sebuah Negara yang luas dengan sumber daya alam melimpah tidak mampu menangani banjir bahkan untuk ibu kota Negaranya.

Banjir di Jakarta adalah peristiwa yang terus berulang, penduduk Jakarta sudah terbiasa dengan keadaan ini, sedangkan pemerintah acuh tak acuh dengan kondisi masyarakat yang sengsara akibat banjir. Hampir tidak ada penanganan banjir secara komprehensip, banjir kanal timur yang disebut-sebut mampu mengurangi banjir Jakarta dikerjakan dengan setengah hati, terbukti sampai awal Februari 2008 (hamper dua tahun) kanal tersebut belum berfungsi.

Rencana lain untuk menanggulangi banjir adalah akan dibuatnya deep tunnel (saluran air berupa terowongan bawah tanah) yang terintegrasi dengan berbagai macam instalasi umum seperti kabel PLN, kabel telepon dan data, serta pipa PAM. Rencana yang bagus dalam menangani berbagai keruwetan masalah instalasi umum dan penanganan banjir. Namun yang penting adalah kesungguhan hati dari pemerintah untuk mengatasi banjir karena biaya yang dikeluarkan rakyat akibat banjir tentu lebih besar dari biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk mencegah banjir.

Untuk mengatasi banjir sudah seharusnya pemerintah belajar dari Negara yang daratannya dibawah permukaan laut yaitu Belanda, dengan teknologinya dam-nya arus laut tidak sampai masuk ke darat dan aliran sungai di pompa ke laut. Dengan penguasaan teknologi tersebut diharapkan banjir bisa dicegah bahkan arus pasang dari laut yang dikenal dengan rob, bisa dicegah, dan pemerintahpun tidak perlu menyalahkan fenomena alam pasang laut sebagai penyebab banjir.

Mental masyarakat Indonesia khususnya di Jakarta dalam mencegah banjir harus diperbaiki, banjir bukanlah takdir tiap tahun harus terjadi tapi suatu peristiwa yang bisa dicegah. Oleh karena itu peran masyarakat juga sangat menentukan untuk mencegah banjir, misalnya lebih baik menanam pohon dan memeliharanya daripada menebangnya, wilayah resapan air tidak digunakan untuk perumahan, membuang sampah pada tempatnya, membuat saluran yang memadai dan menjaganya agar air mengalir lancar. Ayo Kita Cegah Banjir …!!!

3 Responses to Banjir dan Citra Ibu Kota Jakarta

  1. Arsyad Salam berkata:

    Banjir jakarta adalah cermin carut marut pemerintahan kita khususnya Pemda DKI. Banjir adalah langganan setia warga ibukota sejak dulu. Kenapa ga bisa dibenahi. Apa kerja Pak Fauzi Bowo??

  2. rima berkata:

    harusnya pemerintah mempertegas adanya sanksi bagi warga wil.Jakarta yg gak mau pduli terhadap lingkungan!warga harusnya jga harus ikut serta mengentaskan citra banjir!jangan sekedar menunggu gerakan dr pemerintah itu sendiri

  3. stainless tanks berkata:

    masalah banjir sekarang ini memang harus ditangani dan di tanggapi dengan serius.. karena jika tidak…. akan jadi apa jakarta pada kurun waktu 10-20 tahun mendatang??

Tinggalkan komentar